Minggu, 28 Oktober 2012

Kuliner #JEGER Jember


Si Manis Gladak Kembar

Taraaaa….!!! Panganan yang manis semanis madu hadir di Jember..!! Satu lagi tempat jajanan yang musti di sambangi ini ada di Jl. A.Yani. Posisinya ada di sebelah kiri setelah kantor Radar Jember sebelum jembatan Gladak Kembar, sebelahan sama salon ins.
Ubi Cileumbu memang bukan makanan khas asli Jember, semua juga tau kan ya ..?! :) Ubi jalar yang punya ciri khas karena rasa manis legit yang dikandungnya ini mulai meramaikan bursa jajanan di Jember kira-kira satu bulan terakhir. Antrian panjang selalu tampak saat saya lewat jalan A.Yani pun saat saya mau beli. Karena sesuatu yang baru plus banyak orang pendatang asal Jawa Barat bikin tempat itu selalu ramai.

Kalau anda belum sempat mampir dan nggak punya waktu banyak buat ngantri sekitar 1 jam lebih buat nunggu si ubi matang. Solusinya bisa beli ubi madu yang masih mentah. Di tempat ini juga di jual mentahanya loh. Untuk sekilo ubi madu mentah dibandrol 12 ribu saja, sedangkan yang sudah dipanggang dan siap dibawa pulang Rp18.000.
Oh ya… sekedar info juga ubi cilembu ini memang enaknya cuma dibakar atau dipanggang. Trus kalau anda iseng mau di goreng atau di kukus sarannya jangan deh. Kan manis bangget tuh.. kalau di goreng bakalan cepet gooosyoong agagag.. trus kalo di rebus malah rasa manisnya ilang :) Suerrr…!!
Anda baru pertama kali nyoba dan mau ngincipnya bareng temen or keluarg lebih dari 2 orang..?! sepertinya bakalan kurang kalau cuma beli 1kg, bakalan ketagihan sangat soalnya :P Jadi beli aja 2 atau 3 kilo sekalian biar terpuaskan agagag… Lek larang yo tuku mentahane wes panggang ndek omah :)
Oh ya.. Nggak usah gusar kalau tiba-tiba mendapati tempat itu tutup beberapa hari. Itu berarti stok ubinya kosong dan kiriman belum datang hehe.. Aioooo langsung ke TKP.. beli yang mateng ataupun yang mentah sama-sama ciamik kok :)
Salam.


Wer-Doweran Mangan Ayam Pedes Gumukmas

Penasaran?! Langsung saja meluncur ke TKP. Jika kamu kesulitan menemukan warung makan ini, langsung kontak saya dan saya akan menanyakannya ke teman yang jago dalam urusan hafal-menghafal letak suatu lokasi. Karena saya sangat bermasalah dengan menghafal lokasi, yang ada malah bikin nyasar, hahaha… Yang saya ingat hanyalah waktu tempuh Gumukmas dari Jember kota sekitar satu jam berkendara motor. Perlu diingat, warung ini beroperasi mulai jam 6 pagi sampai sekitar jam 6 sore.

Sesampainya di lokasi, saya melihat hamparan sawah dan ladang jagung. Ya, warung ini terletak di pedesaan dengan pemandangan ladang jagung di seberangnya. Pengunjungpun bebas memilih dimana mereka akan menyantap hidangan. Ada dua pilihan, di dalam warung dengan meja dan kursi “modern” atau bisa duduk santai di bale-bale di samping ladang dengan cara lesehan. Tentunya, saya dan beberapa teman lebih memilih lesehan agar bebas bercengkerama dan menikmati hijuanya pemandangan yang ada, lebih santai pula.
Warung ini menyediakan dua olahan ayam pedas, panggang dan kuah. Dengan porsi satu ekor ayam utuh, tidak dipotong per bagian. So, kamu mau tidak mau harus memesan satu ekor ayam untuk mencoba kelezatannya. Walaupun harus membeli satu ekor penuh, warung ini bisa menjual hingga 60 ekor per hari lho, bayangkan bagaimana tersohornya warung ini, hehehe… Karena penasaran, jadilah kita memesan dua-duanya. Tidak lama kok menunggu masakan siap disajikan, mungkin sekitar 15 menit.
Begitu dihidangkan, hemmm… ayam panggang pedas begitu menggoda selera. Di atasnya terdapat sambal yang membuat air liur siapapun mengalir deras, hehehe… Rasanya?! Mantab! Daging ayam kampungnya lumayan empuk dengan bumbu yang meresap dan aroma asap masih terasa. Ya, ketika saya masuk ke dapurnya, pemilik warung makan ini masih menggunakan tungku tradisional serta kayu sebagai sumber api. Pedas gak?! Hemm… Relatif ya. Kalau saya menilai, pedasnya dalam taraf “aman”, sedang-sedang lah… Tapi bagi beberapa teman saya yang juga ikut dalam kesempatan itu, mereka makan sambil meneteskan air mata dan ingus mengalir keluar, hahaha….
Bagaimana dengan ayam pedas kuahnya?! Cukup sedaplah dengan kuah bersantan dan cabe rawit utuh yang banyak mengambang di permukaan kuah. Namun demikian, rasanya tidak mampu mengalahkan “Ayam Pedas Raminten” yang ada di Terminal Genteng Banyuwangi, menurut saya. Pedas dan kental kuah santan berbumbunya masih kalah jauh dengan Raminten. Satu-satunya jalan kalau Anda merasa kurang pedas, ya tinggal menggerus cabe yang ada…
Dari kedua menu masakan yang sudah saya cicipi, saya lebih menyukai ayam panggang pedasnya karena rasa yang lebih nendang, baik bumbu maupun sambalnya. Jadi, bagi kamu yang sedang menungunjungi Puger atau kecamatan lain yang berada di dekat Gumukmas, tidak ada salahnya untuk mencari lokasi makan ini dan mencoba menikmati ayam pedas khas Gumukmas seharga IDR 60rb ini.


Soto Dahlok Yang Legendaris

Warung itu masih sama seperti dulu. Kalaupun berbeda hanya terlihat dari cat dinding saja yang berganti warna. Tulisan Soto Dahlok dari kain berwarna gelap yang terpampang menutupi sebagian warung tetap menunjukan kesederhanaan. Pun saat saya melangkahkan kaki masuk kedalam. Letak dapur, kursi dan meja tidak begitu banyak perubahan.
Dahlok.. Siapa yang tidak mengenal jalan di tengah kota Jember..?! Kemashyuran namanya tidak perlu dipertanyakan lagi. Begitu juga dengan warung yang ada dipinggir gang kecil itu. Seingat saya Soto Dahlok sudah sangat-sangat populer sejak jaman dulu. Tahun 80-an saat saya yang masih imut dan amit itu bertandang ke Jember selalu datang ke warung makan ini kalau soto menjadi agenda bersantap keluarga kami.

Dengan berjalanya waktu makin banyak pilihan kuliner hadir di Jember, begitu juga dengan warung soto yang berjamur dimana-mana. Dalam kurun waktu itu juga saya sempat mendengar kalau rasa soto dahlok sudah tidak seperti dulu lagi. Kabarnya banyak pelanggan setia makanan berkuah ini mulai berpaling ke lain hati. Dan saat hasrat ingin merasakan makanan legendaris ini saya pun sempat mendapat penolakan dari teman dan sahabat dengan alasan “rasanya nggak kayak dulu” :) Benarkah..?!
Jujur saja saya sebenarnya lupa bagaimana rasa soto dahlok yang dulu sehingga bagaiamana mungkin saya bisa bicara rasa yang dulu dan yang sekarang tidak lagi sama. Alat perasa dan otak saya rasanya tidak menyimpan data yang cukup akurat tentang “rasa” soto dahlok jaman dulu.
Tapiiii…. belum lama ini saya beranikan diri memasukan soto dahlok jadi agenda makan siang saya loh. Dengan semangat dan perut laparrr saya berangkat ke Jl. Dahlok. Setelah parkir, turun, masuk ke warung, duduk, saya pun langsung pesan seporsi soto lengkap dengan es teh. Gak lama pesanan datang, dengan tampilanya yang menggoda bikin saya tanpa ba bi bu langsung menyantap soto plus nasi setelah lebih dulu menambahkan sambal dan kecap manis kedalam mangkok. Tambah seru makan siang saya karena kriuk..kriuk..kerupuk udang yang saya ambil dari toples-toples besar yang ada di atas meja. Hmm… yummy..!!
Selanjuutnya….?? saya bilang “enaaak kok rasanya..” Pas dan cocok dilidah saya haha… Bukan karena saya lapar berat siang itu ya.. tapi emang nggak ngecewain kok buktinya nasi soto di mangkok putih itu habis dan berpindah dengan baik dan benar ke perut saya haha.. Sayang saya lupa nggak tanya berapa harga perposri soto disini biasalah kalau makan bareng segambreng sobat sobit urusan bayar ditanggung sang bendahara :)
Jadi.. kalau anda penggemar soto dahlok dan udah lama nggak incip-incip ayoo dateng lagi. Nostalgia dikit lah hehe.. Nggak ada salahnya juga kalau ada sahabat dan tamu dari luar kota di ajak kesini, yaaa.. itung-itung berburu kuliner tempo doeloe di Jember. Meski rasa urusanya “gak sama” nggak bakalan ngecewain kok. Gimana..?


Nikmatnya Bakso Tulangan Wirolegi

Bagi pencinta bakso pasti sudah nggak asing lagi saat baca judul diatas. Untuk yang ngakunya suka banget makan bakso rasanya kurang afdol kalau belum datang dan merasakan bagaimana nikmatnya bakso tulangan yang bikin heboh ini. Nggak percaya..?! Yuk saya ajak anda berimajinasi sejenak ke daerah Wirolegi tempat warung bakso ini ada.
Wirolegi..?! tidak ada yang salah kok dengan daerah ini, meski dipinggiran kota Jember nama kecamatan yang satu ini tiba-tiba saja tambah terkenal diseluruh antero Jember apalagi bagi pencinta kuliner. Hmm.. alasanya ya sudah pasti karena warung sederhana yang menawarkan bakso lezat khas tulangan itu. Warung bakso ini ada dipinggirjalan. Gampangnya pas dipertigaan pasar Wirolegi anda langsung belok kanan lurus saja mengikuti jalan (dari arah kota). Kira-kira 500 meter dari gudang tembakau milik PTPN akan anda temui warung pinggir jalan sebelah kanan. Biasanya ada tiga sampai empat mobil pengunjung parkir didepan warung. Nggak sedikit juga sepeda motor yang berjejer di tempat parkir yang disediakan. Oh iya.. sebenarnya ada alternatif lain kalau anda ingin datang ke warung ini, lewat Mangli misalnya. Tapi karena saya belum pernah lewat situ jadi maaaf ya nggak bisa kasih ancer-ancernya :)

Nggak usah khawatir dengan tampilan warung bakso ini yah. Meski terlihat sederhana tapi bersih dan menyenangkan kok. Apalagi kalau soal rasa, biarpun katanya selera itu nggak sama tapi buktinya pembeli yang datang nggak putus-putus tuh. Warna hijau memang mendominasi dinding warung ini pun lantainya sudah dikeramik warna putih. Tampilan warung ini jelas berbeda dibandingkan waktu dulu saya pertama kali datang. Beberapa meja lengkap dengan kursi duduknya tertata dengan rapi. Diatas meja tersedia perlengkapan bumbu penambah selera seperti, kecap, garam, cuka, saos, sambal juga lontong. Sedangkan didinding berderet aneka jajanan sebangsa keripik dan kerupuk dengan aneka macam bentuk dan pilihan.
Begitu masuk baiknya langsung pesan saja apa maunya anda. Mau biasa (bakso saja) atau pake tulangan terserah, mau “sang” tulangan langsung dicampur kedalam bakso atau dipisah dimangkok lain juga bisa. kalau saya sih biasanya pesan bakso dan tulangan yang dipisah, mau tau kenapa..?? Hmm.. dicoba aja deh sendiri hehe.. Sambil nunggu bakso datang bisa cemal-cemil kacang atau kerupuk ya. Oh iya untuk minum saya sih biasanya langsung ambil di chiller yang ada. Tapi kalaupun anda mau minum es jeruk, teh manis, teh tawar, tinggal bilang saja ya.
Bakso tulang ini rasanya empuk nggak gitu kenyal (menurut saya). Kuahnya kaldu sapi bangget deh pokoknya..! Tulanganya juga nggak sekedar tulang sebagai pemanis bakso, tapi tulangan sapi yang masih ada dagingnya gitu. Hmm.. pokoknya yummy….! Untuk satu porsi bakso dengan tulangan yang dipisah udah bikin kenyang loh, tapi kalau anda memang belum makan bisa nambahin lontong kedalam kuah bakso. Sedikit saran kalau makan bakso disini sebaiknya sih pas lapar gitu soalnya sayang kalau sampe nggak habis karena keburu kenyang duluan hahaha…
Gimana…?? Penasaran sama bakso tulangan ini..?? Mangkanya ayo diicipin dan bagi-bagi ceritanya disini. Saya tunggu loh..! Eiit.. sampe lupa. Harga bakso disini seporsinya berapa ya kawan..?! dibantu ya infonya. Maaf saja saya kan selalu datang rame-rame barengan teman dan keluarga jadi kalau bayar ya.. segambreng gitu deh :)


Sate Laler Cak San


Satenya ketjil-ketjil :D
Satenya ketjil-ketjil :D
Wew.. ketcil amat…?! :D Ya, kecil memang. Namanya juga sate laler..!! agag.. Tapi tetep nggak pernah bayangin se-imut itu bentuk satenya :D
Buat yang suka menyantap sate. Yang satu ini layak buat di coba sahabat. Bukan karna tampilan sate-nya yang nggak biasa tapi juga rasanya yang enaaaaak :D Suer…!!
Sate apapun bentuk dan namanya dari dulu ya begitu itu wes. Tapiii… bolehkan kalau rasa pasti ada bedanya..?! Seperti sate laler di jalan masuk perumahan Majapahit, sebelah carrefour ini. Pertama kali saya cuma cium aromanya saja pas kebetulan lewat. Karna menggoda akhirnya pas pulang mutusin buat mampir. Baru tau lah saya kalau yang di jual sate laler.
Satu porsi sate dibandrol Rp.12.000 isi 20 tusuk sate ayam berpotongan mut-imut agag.. Karna kecilnya cukup distusuk dengan biting alias lidi saja. Lontongnya perak Rp.1000… aroma bakaran sate bikin saya nggak sabar buat coba :) Nggak lama pesanan saya datang. Sate laler plus lontong siap disantap..!!
Yaaaaa namanya juga ketcil-ketcil jadi kurang berasa daging ayamnya agag… Saya sih bilangnya sate-satean :D Untung bukan sate bo’ongan yak :P Soalnya meski satu sunduk sate sudah di mulut tetap saja rasanya kurang “mengigit” :) Tapi tidak dengan lontongnya. Ya lontong yang katanya sih hasil bikinan sendiri ini enak banget. Rasanya pas. Nggak keras juga nggak lembek. Bahkan warna lontong yang hijaunya bagus itu bikin saya bilang “nambah lontong lagi Cak” agagag…
Over all. Saya suka makan sate laler yang katanya khas Situbondo ini. Meski kecil tapi lontong dan bumbu satenya mantab :) Oh iya Khas Situbondo karna ternyata Cak San kalau hari minggu jualan sate di Pasir Putih Situbondo. Di Jember Cak San jualan setiap hari senin sampai sabtu jam 4 sore sampai sate habis :D
Enam tahun sudah sate Cak San jualan sate laler di sebelah Carrefour. Meski sederhana tapi banyak langgananya yang rela antri. Mulai dari roda dua sampai roda empat semua sabar nunggu Cak San meracik sate laler. Yang sewru itu kalau makan di mobil. Karna bisa pake pincuk daun pisang hehe..
Anda sudah jadi langganan Cak San…?? Kalau belum aiooo mampir :D
Salam.

Sumber : http://jemberbanget.com/tag/kulineria/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar